Pengalaman Menyepelekan - Keteledoran Luar Biasa yang Mematikan
Pengalaman Menyepelekan - Keteledoran Luar Biasa yang
Mematikan
Waktu bagai belati, sedikitpun lengah dan merendahkan waktu
kita akan tersayat-sayat dan berdarah-darah. Terpuruk oleh luka kekalahan.
Rencana itu pasti. Namun quality control sangat berperan
penting dalam mencapai suatu tujuan. Pekerjaan rutin harus memiliki strategi,
jika tidak, kita akan mudah terombang –ambing oleh kelalaian.
Hari ini aku merasakan itu. Duduk di pojok kursi kekalahan
dengan bahan perenungan dan tangis kekalahan.
Sebagai seorang teknisi, membiarkan alat elektronik yang
rusak, dan menunggu waktu yang tepat memperbaikinya adalah kesalahan yang
sungguh sangat fatal. Fatal sekali. Bagaimana tidak, hubungan produktifitas
antara produsen dan konsumen adalah putaran roda bisnis, sedang hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin. Jika permasalahan terulag kembali, layakkah kita
dikatakan maju?
Pengalaman buruk ini
sengaja aku tulis buat teman-teman semua agar teman-teman tak perlu
melakukan hal bodoh seperti saya.
Sebagaimana kita tahu, hidup terus maju, waktu tak
sedetikpun pernah berhenti. Dalam rangka perjalanan inilah, bekal menjadi
kunci; ide, gagasan, rencana, quality control, perbaikan sistem, semua harus
teritregrasi dan terarah.
“Saya menyesal.” Begitu ungkapan saya saat ini.
Namun apa yang perlu kita lakukan? Inilah satu step
pelajaran yang sangat berharaga. Ibarat bermain catur, skak mat. Tidak ada
jalan. Kesempatannya hanya satu, mengajak waktu bermain kembali. Tentu dengan
strategi yang lebih segar.
Point pentinngnya, jangan menyepelekan. Pekerjaan sepele apabila
dibiarkan akan meranggas dan menjadi problematika yang membesar, saat kita
sadar, semua sudah terlambat, SKAK MAT. Mati.
Benar-benar tindak penyepelean terhadap permasalahan kecil
begitu berbahaya sekali dampaknya. Saya mengalaminya sendiri, dan kali ini saya
tidak bisa berbuat apa-apa, hanya menunggu perbaikan sistem itu sendiri,
sebelum memulai bermain.
Fokus. Satu kata ini
mudah sekali diucapkan, mudah diingat pula, namun penerapannya luar
biasa sulit. Ibarat mengamati lalat yang asik mengerubungi bangkai, tak tahu
kapan ia terbang, tahunya sudah nangkrinng di tangan. GILA…
Temen-temen semua, saya sangat setuju dengan kegigihan. Apa sih yang tak
bisa ditaklukkan dengan kata kunci gigih. Namun faktanya, tak semua orang mampu
menahan napas, tak semua orang mampu mempertahankan kegigihannya, buktinya,
saya sering mengalami ketidaksanggupan. Sedang kebanyakan teman-teman saya pun
begitu.
Saya kasih contoh, ketika saya hobi menulis di blog, untuk
mencapai target tertinggi, tentu tulisan-tulisan yang saya posting harus
bermutu. Dari sini, ternyata untuk mencapai mutu itu tidak gampang, ikhtiarnya
harus power full. Jika saya tak tahan dengan proses itu, saya cenderung mencari
profesi lain, yang tentu lebih menyenangkan, tepatya, lebih mudah.
Ah, sulit juga ya mengejar kata sukses. Tidak semudah
berteriak BISA… BISA… BISA… hehehe
Nah. Pada intinya, seperti saya kemukakan di atas,
berhati-hati dan tidak mudah menyepelekan sepertinya harus dipahami secara
menyeluruh. Tidak bisa dilakukan secara “kadang-kadang”, atau mood yang suka
berubah-ubah.
Dari sini, istiqomah itu sangat penting. Guru saya, Bapak
Kiai Tanjung selalu berpesan kepada para murid-muridnya, hindari menyepelekan.
Menyepelekan hal-hal yang kecil saja bisa berdampak luar biasa.
Nah, beginilah rasanya menyepelekan. Semuanya mudah
terombang-ambing dan tidak mampu memenangkan pertempuran.
Semoga temen-temen semua tidak begitu!
Baca juga tulisanku tentang APA YANG DIPERLUKAN SEORANG CALON BLOGGER.
Comments
Post a Comment