Fokus pada Kelebihan Bukan Kekurangan
Fokus pada Kelebihan Bukan Kekurangan
Saya dulu menganggap fokus pada kelebihan merupakan
perbuatan yang sombong, nge sok, dan
tidak punya rasa rendah hati, namun jika di balik mind set ini, apakah jika
kita selalu berkutat pada kekurangan juga tidak dikatakan orang yang sombong?
Sebuah prinsip yang nendang saya peroleh dari salah satu
buku Sales Warior karya Bang Eloy
Zaluhu, bahwa jika kita menginginkan bisnis kita grow up, fokus pada kelebihan
menjadi kunci. Mengapa begini?
Nah, hari ini saya ingin sedikit menulis terkait hal ini. Jangan
lupa sruput kopi…
Rekan-rekan, tahukah anda, fukos pada kelebihan diri sendiri,
tim, dan lingkungan dapat menghasilkan sebuah organisasi yang ciamik,sebuah tim
yang siap bertarung pada era pertarungan globalisasi seperti saat ini. Mental
juara benar-benar dibutuhkan, sedang bagaimana bisa grow up jika hal-hal sepele
menjadi kendala?
Baik. Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita beralih
pada kehidupan organisasi kita.
Guru saya, Bapak Kiai Tanjung sering berpesan kepada para
santrinya, ciptakanlah suasana kondusif, saling memuji kelebihan orang lain,
maka akan mencapai martabat kebahagiaan sejati.
Kapan kita mengakui kelebihan orang lain?
Saya sering dihadapkan dengan komunitas yang lesu, mengutuk
ketidak-lancaran organisasi, bermusyawarahnya hanya berorientasi keburukan yang
lain, dan sulit melihat peluang, sedang merasa benar selalu tertanam pada
masing-masing individu.
Waw. Sebuah paket lengkap mengantarkan tim pada fase
kemunduran.
Bang Eloy Zaluhu, pada bukunya Sales Warior menerangkan, para pemenang bisnis adalah mereka yang
fokus mengembangkan tim mereka, selalu berorientasi pada konsumen dan karyawan.
Bukan mereka yang sibuk pada persaingan
dan mencoba menjatuhkan lawan.
Tim yang sibuk dengan persaingan secara otomatis akan menghabiskan waktu dan
energi mereka membahas hal-hal yang tidak penting. Sedangkan mereka lupa, lawan
mereka sudah memiliki data-data konsumen, strategi penargetan, dan revew
produk.
Sebuah perjalanan sia-sia, mengutuk kegelapan, lupa lilin
belum menyala.
Dari sini, fokus pada kelebihan menjadi penting jika kita ingin
maju. Termasuk bagaimana kita harus membangun kepercayaan diri dan memiliki
passion yang laku di jual.
Saya pernah menuliskan bagaimana pentingnya passion bagi
anak muda. Minat? Anda bisa membacanya di sini.
Renggangnya gap kaum muda dan tua
Beda pemikiran antar generasi merupakan factor utama pemicu
adanya ketidak-selarasan tim. Hal ini
bisa diperparah apabila tim tidak mau belajar, baik membaca buku, ikut
seminar, maupun pelatihan managerial.
Kita tahu lah, jika sedikit saja terjadi gap, peluang
merenggangnya hubungan akan semakin menampak. Yang muda memisah, yang tua
menggerutu. Semua tentu memiliki prinsip masing-masing. Parahnya, hal ini tentu
akan semakin larut dan menyebabkan chaouse.
Tim akan kacau, sedang visi-misi menjadi terpecah.
Bayangkan, jika anda dalam sebuah tim yang tidak sehat.
Bertemu saja jarang, apalagi memiliki perencanaan ke depan. Tentu kemangan
kompetitor hanya sebagai alat meyalahkan
kawan.
Lalu bagaimana harus menyikapi?
Dalam tulisan ini saya tidak akan memberikan solusi-solusi
pada permasalahan ini. Namun hanya ingin membuat perbandingan antara dua fokus
yang yang berbeda. Baik dan Buruk. Menggerutu, atau memuji lalu melangkah
dengan opsi-opsi.
Guru saya, bapak kiai Tanjung selalu memberikan contoh
kepada kami, para santrinya. Beliau selalu memuji murid yang lain ketika kami
berkumpul, mengutarakan kelebihan-kelebihan sedang si murid yang disanjung
sedang tidak bersama kami.
Saya sendiri setelah mendengarkan pujian beliau , biasanya,
secara psikologis mengamininya, lalu dalam hati ikut takjub luar biasa.
Benar-benar terlihat kelebihan saudara saya.
Fokus pada kelebihan diri saja
Siapa sih yang tidak minder dengan kekurangan, apalagi para
kaum muda yang secara finansial masih menampakkan kemurungan masa depan. Jika
latar belakang si pemuda adalah poor dad,
keluarga yang miskin, tentu akan semakin menampak kekurangannya.
Saya banyak belajar dari rekan-rekan saya, meski kami tidak
se profesi, tapi visi-misi dan saling belajar, mendiskusikan kemajuan-kemaajuan
adalah modal semaangat kami meniti karir. Sedikit demi sedikit. Dan semoga
tumakninah.
Benar-benar mental
saling memuji, bahkan melihat peluang kebaikan tim menjadi kunci.
Kita, sebagai pemuda tidak butuh apa-apa selain mentor yang
bijak. Itu saja. Atau, jika kita melihat kekurangan rekan kita, bisakah kita
salig mementori?
Saya kira, pembelajaran luar biasa kita adalah ketika kita
belum mampu menciptakan suasana kodusif di lingkungan kita. Mengutuk benang
kusut hanya menciptakan penyakit-penyakit kronis bagi para pelaku. Stuck,
depresi, merasa baik, adalah akibat kurangnya mensyukuri tim sebagai anugerah
Tuhan yang tak terhingga.
Salam.
Baca juga tulisan-tulisan saya, blog entrepreneur dan media
belajar seorang pemuda yang suka nyinyir.
Mas amin, inspiratif sekali.. baru kali ini baca tulisan mas amin, namun sdh suka sm gaya bahasanya dan enak utk dibaca. Berisi berbobot.. bisa lah saya berikan ke anak2 sma artikelnya supaya dibaca oleh mereka yg katanya sdg dlm pencarian jati diri. Hehe.. kebetulan sekali, materi kmrn di kelas saya interaksi sosial, lalu, saya minta mereka fokus pd kelebihan teman lain drpd kekurangan utk menciptakan suasana lingkungan yg konfusif dan interaksi sosial yg positif. Semangat terus mas amin.. sukses selalu buatmu..
ReplyDeleteGreat ... Tulisan yg menggugah dan enak dibaca...
ReplyDeleteFokus terhadap kelemahan diri justru akan mengurung niat dan energi untuk lebih bereksplorasi...
Saya setuju, bukan berarti angkuh, namun fokus terhadap kelebihan semakin mendorong kita senantiasa belajar sesuai dg passion...