Sekilas Memori- Cinta Usang Kai
Sekilas sore. Redup, mendung, pancaran siluet ungu. Matahari tergelincir. Sedang burung-burung masih mengepakkan sayap, berterbangan diatas kali brantas. Duniamu kala itu. Mengisahkan dua remaja yang sedang jatuh cinta. Hanya kau. Hanya dia.
Dulu.
Namun, kisah itu kini sudah usang, termakan oleh lapuknya usiamu yang kini tak terhitung lagi. Tak mungkin lagi kau membelai pipinya yang halus, bahkan untuk membayangkannya pun, tak mungkin.
Dimana kini sekarang keberadaannya? Entahlah. Tentu kau tak mampu mencari jawaban. Dia yang dulu selalu bersamamu. Di sungai itu.
Tiga puluh tahun berlalu. Bayangnya masih utuh. Cintanya masih memberatkan hati, membuatmu tertahan napas, sebab menahan air mata yang tak mampu kau bendung. Beginikah asmara dunia?
Dan...
Ketika ajal hendak menjemput, tak satupun kalian yang saling memiliki, mencintai, bahkan menyayangi. Kalian sudah sibuk dengan perkara masing-masing; Ke-egoisan, keserakahan, benci, juga penyesalan.
Sayang.
Semua ada masanya. Semua harus hilang. Semua harus rela dibenci. Semua hanya bayang-bayang semu, termasuk kau dan dia.
Dulu.
Namun, kisah itu kini sudah usang, termakan oleh lapuknya usiamu yang kini tak terhitung lagi. Tak mungkin lagi kau membelai pipinya yang halus, bahkan untuk membayangkannya pun, tak mungkin.
Dimana kini sekarang keberadaannya? Entahlah. Tentu kau tak mampu mencari jawaban. Dia yang dulu selalu bersamamu. Di sungai itu.
Tiga puluh tahun berlalu. Bayangnya masih utuh. Cintanya masih memberatkan hati, membuatmu tertahan napas, sebab menahan air mata yang tak mampu kau bendung. Beginikah asmara dunia?
Dan...
Ketika ajal hendak menjemput, tak satupun kalian yang saling memiliki, mencintai, bahkan menyayangi. Kalian sudah sibuk dengan perkara masing-masing; Ke-egoisan, keserakahan, benci, juga penyesalan.
Sayang.
Semua ada masanya. Semua harus hilang. Semua harus rela dibenci. Semua hanya bayang-bayang semu, termasuk kau dan dia.
Comments
Post a Comment