Kapan Waktu yang Tepat untuk Menulis?

Juli ke 31- Kapan Waktu yang Tepat untuk Menulis?


        Setiap waktu berjibaku dengan tulisan di depan laptop malah membuatku stuck, garing, dan pusing.  Maka selama ini yang kulakukan hanya menulis jika memang sudah longgar. Ya. Kita memang harus punya kegiatan wajib selain menulis, ini akan membantu kita merefresh otak dan menemukan ide-ide baru. Entah bertani, berdagang, jualan online, dan berkarya yang lain.

Lahan kosong, waktu kosong, istilah yang kugunakan untuk menulis. Salah satu perintah dari Bapak Kiai Tanjung kepada para santrinya untuk selalu memberdayakan diri, dan semuanya diniatkan untuk ibadah. Agar tidak sia-sia. Lalu kapan waktu yang paling nyaman menulis?

Tentu setiap orang memiliki alarm otomatisnya sendiri-sendiri. Beda aku, beda juga kamu. Kalau aku pagi biasanya kugunakan untuk berkarya di percetakan foto kopi. Mungkin kamu pagi malah ada waktu luang untuk menulis. Maka, gunakanlah sebaik mungkin. Latihan menulis dari yang paling awal, sehari mengetik sudah bagus, lalu berkomitmen. Minimal 200 kata, 500 kata, hingga 2000 kata. Jika sehari saja sudah bisa membuat tulisan sebanyak 2000 kata, tinggal kalikan 41 hari. Total 82.000 kata. Waw, sudah bisa dibukukan. Ingat, waktu luang bagai racun yang tentu mematikan.

Berbicara mengenai kapan waktu yang tepat untuk kita menulis, aku teringat pada penelitian para ahli kesehatan bahwa waktu ideal sehari kita tidur adalah 8 jam. Coba kita atur, jika 2 jam kita gunakan di siang hari-antara jam 13.00-15.00. Malamnya jika kita tidur mulai pukul 22.00, tentu harus bangun pukul 04.00. Waw pagi sekali. Ah, ya begitu. Atur alarm sendiri. Aku biasanya malah tidur pukul 24.00 sampai subuh.

Atau kita bisa memprioritaskan satu jam dalam sehari. Teknik ini sangat cocok dipakai saat membuat tulisan cerita. Seperti aku  melakukannya ketika membuat cerpen. Pagi sekali saat bekerja hingga siang kadang terlintas hendak menulis cerita apa, mereka-reka sambil membuat mind map yang kusimpan dalam otak. Jika sudah ketemu, sorenya sambil kita menunggu adzan magrib bolehlah kita membuka laptop lalu menulis awal cerita. Tutup laptop, beraktifitas lain. Kemudian sebelum tidur lakukan finishing tulisan.

Bagaimana kalau tetap tidak punya ide? Wah. Wah

Ya. Hal ini juga yang sering aku alami. Setiap hari. Namun karena sudah berkomitmen memproduksi satu tulisan setiap hari maka yang perlu  kulakukan adalah memaksa.  Arahkan saja jari-jari ke keyboard laptop, sambil sesekali otak mengarahkan kata-kata membentuk satu kata, dua kalimat, satu paragraf. Terus lakukan, ulangi, hingga tulisan memenuhi satu halaman. Jika dikira sudah cukup, baru baca. Dari sini tinggal dibaca kembali. Perbaiki EYD, maksut tulisan, dan kualitas pembahasan. Kita berhak menghapus total jika dirasa tulisan hancur. Atau menyimpannya di draf untuk koleksi.

Dari sini, semoga teman-teman sudah mendapat gambaran masing-masing kapan waktu yang tepat untuk menulis. Jika tidak punya laptop bagaimana? Apa aku harus membeli?

Jawabannya, iya. Kita harus punya alat untuk  membeli laptop agar pekerjaan menulis kita lancar jaya. Ibaratkan kita hendak pergi dari Surabaya ke Jakarta, tentu kita membutuhkan kendaraan dan persediaan. Semakin bagus kendaraan akan semakin cepat perjalanan kita sampai ke kota tujuan. Semakin banyak persediaan kita tentu semakin nyaman perjalanan tanpa gangguan. Akhirnya perjalanan tepat waktu sampai ke tujuan dengan rasa aman dan sentosa.

Tapi jika benar-benar belum ada dana, masih banyak kertas yang kosong dan bolpoin pinjaman yang bisa digunakan untuk belajar menulis. Tujuannya menulis, bukan dilihat orang kan? Tulis saja seburuk apapun bentuk tulisanmu. Tak masalah jika nanti kamu sendiri malas membacanya.

Akhirnya, semua tergantung pada motifasi berkomitmen menulis. Seberapa kuat motifasi yang kita bangun dan seberapa mau kita berusaha memaksimalkan mengejar impian. Impianku saat ini adalah suatu saat nanti tulisanku ini bisa dibaca semua orang, memotifasi adik-adik yang masih awal dan ingin membuat buku. Dan akhirnya semua anak Indonesia bisa sesuka hati menerbitkan bukunya sendiri-sendiri dan tentu bisa menjualnya sendiri.

Menulis Saat Banyak Teman

Ada saja kegiatan yang memancing-mancing kita agar tidak menulis dalam sehari. Melemahkan komitmen kita yang sudah terbangun beberapa hari. Namun sekali saja kita memberi kesempatan untuk tidak menulis, masalah ini akan berbuntut panjang berupa semangat menulis yang menguap kembali. Menunda, tidak ada ide, mengantuk, sibuk, dan alasan-alasan yang tak masuk akal lainnya-, yang siap menjadi boomerang- yang sewaktu-waktu siap menghancurkan komitmen yang sudah kita bangun dari awal.

Pengalamanku menulis di awal-awal, sering kulakukan ditempat kerja. Ah, mungkin ini tidak professional. Bisa jadi. Atau sering ketika teman-temanku berkumpul di satu kamar yang sempit, pengap, dan suara gelak tawa bagai petir menyambar-nyambar, aku sesekali menorehkan sedikit ideku pada laptop. Menyempatkan waktu. Kenapa tidak pergi saja dari kermaian? Itu masalahnya, ruangan kos-kosan yang sempit tak ada tempat untuk  berlari. Hehehe

Selain itu, obrolan dengan teman adalah sumber inspirasi terbesarku dalam menulis, akan rugi jika aku meninggalkan mereka begitu saja. Oh. Ya! Kebetulan teman-temanku sering membahas tentang hal-hal positive, meski membahasnya dengan penuh selingan joke-joke konyol. Kita bisa kok, ikut bergabung bahkan ikut berfikir relaks tanpa mengurangi ide kita saat menulis. Gak percaya? Coba saja.

Jangan tunggu lama-lama nanti keburu menguap. Ayo nulis.

31 Juli 2017

Ditulis untuk memenuhi program kemandirian “one day one article”. Setengah sebelas malam, selesai ku menulis.  Semoga tulisan singkat ini kelak menjadi inspirasi bagi aku sendiri agar selalu konsisten membuat tulisan-tlisan yang bermanfaat.

Comments

Popular Posts