Pelajaran Maaf



Hari-hari ini aku sering berjibaku dengan perasaan tak menentu. Kata “maaf” masih menjadi kata-kata magis yang patut kamu ucapkan berulang-ulang.

Mari kita ulik pelajaran maaf yang tak terhigga ini.

Perasaan bersalah seseorang acap membuat pelaku terbelenggu. Sadar pada kesalahan yang berujung ketakutan biasanya malah menjadi runyam.

Aku punya teman yang tidak berani membuka handphone sebab tertekan dengan perasaan bersalah. Ia lebih memilih menghindari satu orang dan abai pada teman-temannya yang lain. Saat orang menghawatirkannya, semua mencarinya, semua mencoba menghubunginya. Namun apa yang dia rasakan tentu berbeda. Perasaannya saat mendengar handphone berbunyi adalah suara-suara kemarahan orang lain.

Tentu saja sekarang dia frustasi dan stress akibat perasaan serba salah.

Banyak factor yang menyebabkan perasaan bersalah seseorang. Diantaranya lalai, abai, menyepelekan, kurang berhati-hati, sembrono, dan kadang juga kesalahan sebab ketidak-sengajaan. Apapun kesalahan seseorang, akan segera bisa diselesaikan jika kita tidak lari dari permasalahan tersebut. So, mulai sekarang, dekap kesalahan yang sudah kamu lakukan.

 Aku hendak bertanya pada kamu yang sedang membaca tulisanku saat ini, kapan terakhir kali kamu meminta maaf terhadap seseorang?

Jika jawabanmu tidak ingat, atau sudah lama sekali, aku mulai  bertanya-tanya tentang dirimu saat ini, kapan terakhir kali kamu melakukan kesalahan?

Kata maaf biasanya akan terlontar dari hati yanag tulus. Tak heran jika kita sering melihat seorang pria yang memita maaf kepada pasangannya, padahal mereka usai melewati pertengkaran yang bertubi-tubi. Sakit tapi tak berdarah, begitu ungkapan para pasangan yang bertengkar hebat.

Namun, ada hal yang sangat sulit kita lakukan. Meminta maaf terhadap orang yang kita benci dibelakangnya.

Indikator benci dibelakang itu ialah ketika perasaan tidak suka kita tahan di dalam hati sekian lama. Saat seseorang membicarakan keburukannya, penyakit-penyakit yang menggumpal itu kemudian kau keluarkan semua. Membentuk perilaku keburukan yang tak dapat digambarkan apapun.

Jika sudah demikian, kebaikan apapun yang dilakukan orang yang dibenci tak dapat menjadi mutiara dalam hujan. Kau akan kehilangan banyak kebahagiaan di dalam hidupmu. Apapun tentag dia adalah neraka.

Mengawali perdamaian dengan kata maaf


Beda pendapat dalam sebuah organisasi sudah wajar terjadi. Bahkan sudah selayaknya dan seharusnya terjadi beda pendapat.

Sayangnya, pelajaran semacam ini benar-benar materi yang begitu berat dari Tuhan yang di ujikan pada kita.

Dalam banyak kasus, perdebatan memunculkan pertikaian. Pertikaian akan menjatuhkan salah satu pesertanya. Jika kedua pertikai tak segera menyadari bahanya, hanya ada satu jalan bagi mereka; BERPISAH.

Ada tips yang perlu kita upayakan dalam mecapai kebebasan pertikaian. Maaf menjadi kata-kata magis yang mampu menumpah ruahkan air mata sang rival.

Saat kamu berani mengakui kesalahan yang kamu lakukan, percaya bahwa orang lain akan mengampuninya, niscaya persahabatan yang kokoh menunggu di depan pintu gerbang sana.

Sayangnya, kita selalu berdiri di menara gading masig-masing. Kebenaran yang di aku sepertinya begitu kuat hingga sendi-sendi toleransi tercerabut dari makna menghamba.

Sebenarnya, ada hal sederhana yang dapat kita lakukan mengatasi hal yang demikian.

Saya sering mengucapkan maaf terhadap orang lain. Setidaknya, lakukanlah sesering mungkin. Pada awalnya memang terkesan pencitraan, hal yang wajar karena masih dalam proses pembelajaran.

Naman dengan seiring waktu, kita harus terus memiliki pertanyaan terhadap diri kita sendiri. Dalam konteks praktik perlakuannya, biasanya aku membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana begini;

·         Bagaimana jika aku merasakan yang dia bilang?
·         Bagaimana kalau memang aku yang tidak peka?
·         Bagaimana aku bisa membantuya keluar dari masalah ini?
·         Mengapa responku padanya begitu rendah?
·         Keterlaluan sekali aku?

Pertanyaan-pertanyaan itu seringkali kubuat menghakimi diriku sendiri. Supaya aku benar-benar lunak. Supaya kemarahan-kemarahan terhadap orang lain dapat ternetralisir dari dalam pikiran, untuk pelajaran selajutnya adalah bagaimana bersikap menggunakan nilai-nilai rasional.

Hari ini adalah pengalaman berhargaku tentang sebuah maaf yang benar-benar menjadi magis dari apapun.

Dengan maaf, kesemrawutan, kerugian-kerugian, kehilangan, akan sedikit lebih terkendali. Aku yakin kamu orang yang mencinntai kedamaian dalam hidup. Kita sama-sama lelah jika harus tegak di menara gading masing-masing, kita lelah dengan ego yang menjajah jiwa, kita lesu dengan hati yang terus iri terhadap orang lain.

Namun sekali lagi, semuanya tak kan pernah menjadi sempurna jika tanpa kesalahan. Maka meminta maaf adalah satu-satunya jalan yang terbaik guna menebus kesalahan. Kita harus berdamai dengan keadaan. Pada akhirnya, kamu benar-benar harus terbiasa mengefaluasi diri.

NB. Kata “kamu” merujuk pada diriku sendiri. Kata aku? …. Entahlah…

Baca juga tulisan-tulisanku yang lain. Angan lbosan-bosan membaca tulisanku yang banyak tidak ada manfaatnya.

BONUS CERITA:

Hari ini aku mulai belajar FB ADS. Sejak pagi tadi aku mulai menonton vidio-vidio dari mentor di member area premium. Kebetulan, tugas FB Ads sudah yang kedua, terdiri dari; tugas pertama membuat debit card, dan tugas kedua adalah membuat komitmen tidak membuat status di facebook selama satu bulan kedepan.

Nice and I like it.


Comments

Popular Posts