Cara beradaptasi dan menghadapi perubahan di era digital
Sajian kali ini akan membahas secara sederhana, cara
beradaptasi dan menghadapi perubahan di era digital.
Dunia terus bertumbuh, seorang pakar ekonomi akan
memprediksi berbagai hal tentang kesenjangan sosial. Pelaku bisnis akan terus
menggedor pasar guna menyisir lautan merah. Berubah atau mati didengungkan
sekeras petir di siang hari.
Sajian kali ini akan membahas secara sederhana, cara
beradaptasi dan menghadapi perubahan di era digital.
Dunia saat ini dipenuhi oleh manusia berdaya juang ringkih,
berdesakan menginginkan kekayaan, mereka yang kaya akan semakin kaya, yang
hidup dalam keadaan kekurangan akan semakin tercekik.
Inilah trend digitalis yang semakin menghimpit.
Saya memiliki banyak teman yang berbeda profesi. Teman-teman
yang masih terjerembab dalam pola-pola lama sedikitnya terkaget-kaget saat
menyadari dunia kini berubah.
Di sisi lain, teman-teman yang fokus pada diri sendiri,
meskipun ia terjun di dunia digital, tak pula menyadari, bahwa system dunia
benar-benar berubah.
Apa yang berubah?
Satu artikel dari salah satu blog strategi manajement
beberapa bulan lalu membuat saya terenyak. Dalam tulisannya, Sang bloger
menulis bahwasanya saat ini Indonesia sedang mengalami trend ledakan ekonomi
kelas menengah.
Suatu negara bisa dikatakan mengalami trend ledakan kelas
ekonomi menengah apabila rata-rata pedapatan perkapita penduduknya mencapai 4
juta perbulan. Sebuah data yang menyenangkan bagi kita sebagai penduduk Indonesia.
Masalahnya, siapa yang merasakan demikian?
Coba kita gali sekali lagi, berapa gaji UMR per kota di Indoesia:
Dilansir dari detik.com, pendapatan UMR perpropinsi di
Indonesia paling tinggi di DKI yaitu Rp.3.760.000. Sebuah angka standar yag
kemudian di ikuti gaji UMR di propinsi lain, yang tentu lebih rendah dari ibu
kota.
Selain itu, anda tidak tahu berapa tingkat pengangguran di
Indonesia saat ini. Untuk lebih mempermudah memahami lonjakan pengangguran,
mari kita lihat geliat ekonomi Idonesia
mulai tahun 2016.
Sejak dua tahun terakhir, industry di Indonesia sedikit
mengalami penurunan. Informasi yang terus santer menimbulkan model bisnis
berubah. Banyak PHK dibarengi runtuhnya perusahaan besar.
Masih hangat dibenak kita bagaimana Gojek mengguncang Blue Bird.
Pertumbuhan marketplace yang di inject secara besar-besaran oleh pihak asing
menyebabkan sepinya pasar tradisional.
Sekali lagi, inilah tantangan era digital. Menajamkan gap
antara kaum kaya dan miskin. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin
miskin.
Mengapa disebut era digital?
Pada tahun 1914 atau pada masa perang dunia satu,
perekonomian ditentukan kekayaan lahan. Tanah menjadi milik kerajaan. Kerajaan
yang memiliki luas daerah kekuasaan, ialah yang digdaya.
Namun saat perang dunia usai, geliat perekonomian secara
massif berganti. Era industry merajai di simboli dengan banyak memunculkan
robot-robot mesin. Kekuatan kekuasaan mau tidak mau harus terdisrubsi.
Sejarah merupakan pelajaran berharga bagi bangsa. Orang
selalu menuntut kemudahan, efisien, dan efektif. Menimbulkan penemuan-penemuan
baru. Sejarah mecatat semenjak satu dekade terakhir, kekuatan informasi tak
lagi dibendung. Merambah melalui digital dan menciptakan kultur perekonommian
baru. Era Industri terdisrubsi.
What can we do?
Menarik sekali jika kita membicarakan digitalis dan
teknologi. Teknologi is man. Atau manusia saat ini tak lagi dapat sejahtera
tanpa bantuan teknologi.
Satu pokok pembahasan yang menurut saya menarik sekali
adalah bagaimana cara kita menghadapi era digital saat ini.
Jujur saja, banyak pertanyaan-pertanyaan yang mengawang di
angkasa, bagaiamana nasib adik-adik kita, anak-anak kita, saudara kita, dan
generasi penerus kita ke depan. Apa dampak negative perkembangan kita saat ini
bagi generasi.
Pendidikan seumur hidup
Robert Kiyosaki adalah orang multikaya di bidangnya, seorang
pebisnis property, penulis, juga seorang guru. Ia menyarankan semua orang untuk
mengambil langkah learn. Belajar
seumur hidup adalah kewajiban.
Kita tahu dampak pendidikan tradisional kita. Banyak sekali
siswa yang tercap sebagai orang bodoh lantaran tidak sanggup memikirkan
bilangaan penjumlahan dalam matematika. Pendidikan menciptakan gap yang sangat
jauh. Pintar-bodoh. Miskin-kaya.
Kata pendidikan merupakan kata yang paling penting bagi
manusia. Sayangnya, kata pendidikan
sudah terkontaminasi oleh sistem pendidikan yang keliru.
Pendidikan adalah sekolah. Inilah pengertian pendidikan yang
keliru. Sedang sekolah adalah bangunan yang terdiri dari system birokratis,
pengajaran konfensional, dan mempelajari apa yang tidak dipelajari di kehidupan
sehari-hari. It is wrong man.
Ribuan orang yang sukses melalui universitas, kita lupa
pendidikan keluarga yang ia dapatkan. Ribuan orang gagal di universitas, kita
lupa bagaimana masa pendidikan keluarga yang pernah ia peroleh.
Kabar baik bagi kita adalah kita semua berpotesi merubah
nasib kita. Menurut survey para ahli psikologis, manusia remaja berusia 15-30
tahun cenderung mampu beradabtasi dengan hal-hal positif jika mau
bersinggungan.
Anda korban pendidikan? Jangan khawatir. Itu bukan persoalan
penting. Yang terpeting saat ini adalah bagaimana kita mampu mengangkat diri
kita ke tempat yang lebih baik sebelum menggendong adik-adik kita yang memang
sedang membutuhkan mentor dari kita.
Inti pendidikan adalah adab dan akhlaq
Salah satu ustad pernah berkata: “ Terkadang saya menyelami
petunjuk guru saya, Bapak Kiai Tanjung, mengapa program beliau adalah adab dan
akhlaq, bukan pengembangan teknologi?”
Waktu itu adalah acara bincang-bincang santai yang diadakan
oleh para mahasiswa. Jujur saja, saya pun terenyak mendengar pengaduan beliau.
Pendidikan adab adalah program pendidikan dari guru kami,
Bapak Kiai Tanjung. Memang dalam proses yang saya rasakan sendiri, mempelajari
tekologi adalah dorongan diri.
Ahlaq sesame manusia malahnya sering terlupakan pada
anak-anak saat ini. Tentu jika kita berbicara mengenai teknologi secara
professional. Apapun pekerjaan menuntut kita menjadi seorang yang profesioal.
Cukup itu saja tulisan kali. cara beradaptasi dan menghadapi
perubahan di era digital.
Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment