Konseptual Ibadah yang Rancu
Perilaku keselamatan dan nilai-nilai keluhuran budaya serasa
tercerabut dari akarnya. Sedang sikap keras atas pembelaan terhadap suatu agama
kian meninggi. Apa yang sebenarnya terjadi?
=============================================================================================
Saya rasa setiap kita ingin kehidupan kita dilalui dengan
penuh kedamaian. Saya rasa setiap kita tak menyukai perdebatan. Saya rasa
setiap kita punya keinginan menegakkan kebenaran. Namun bagaimana dengan sikap
kita terhadap perbedaan?
Entahlah. Saya tidak mau merasakannya. Satu kasus ini
menjadi sedikit rumit apabila digabungkan dengan keinginan tiap-tiap individu
saat ingin menegakkan kebenaran. Nyatanya, perbedaan antara kebenaran dan
keberagaman tak selalu di letakkan pada posisi yang berbeda.
Dewasa ini terasa sekali tensi ketegangan yang disebabkan
isu-isu agama. Berita yang mengandung unsur SARA, sparatisme, dan intoleransi hampir
setiap hari selalu menjadi trending ,
tak kalah ramai dari berita-berita bola. Ibarat gas yang bocor dan mengembang
di dalam ruangan, kasus seperti ini siap meledak kapan saja. Jadi, rentan
sekali saat seseorang mencoba bermain api.
Di sisi lain, kita harus ingat akan keluhuran budaya
orang-orang Nusantara. Masyarakat internasional lebih mengenal orang-orangnya
yang pandai membaur dan suka bergotong royong, ramah, dan beradab. Nilai-nilai
keluhuran yang seperti inilah, yag saat ini tercerabut dari akarnya. Tak ada
lagi simpatik, saling asih, saling asuh, dan berbagi.
Apa yang harus disikapi?
Seperti kita tahu, pemahaman tetang pemaknaan keagamaan
selama ini dipengaruhi oleh proses penyampaian para pendakwa. Biasanya proses
penyampaian yang dilakukan para pendakwa ini sangat dipengaruhi atas pemahaman
dan penafsiran masing-masing. Hal ini menyebabkan mereka yang taqlid buta
terhadap tafsir-tafsir semakin
menyebabkan banyak perpecahan.
Seperti pada kasus penafsiran hadist peperangan di bawah
ini.
Nabi Muhammad pernah bersabda: Aku diperintah untuk
memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad utusan Allah.Dan hingga mereka mendirikan sholat, serta
menunaikan zakat. Jika mereka melakukan hal itu, harta dan darah mereka terjaga
dariku kecuali sesuai haq Islam. Dan perhitungan mereka berada diserahkan pada
Allah Ta’ala.
Sekilas hadist diatas menunjukkan bahwa perintah untuk
memerangi orang kafir sangatlah kejam. Perlu dipahamai, ayat AL-Quran dan
Hadist memiliki dua kategori. Pertama Ayat dan hadist yang membahas tentang
peperangan dan perdamaian.
Istilah sebab-akibat dalam ranah apapun sepertinya hampir
terlupakan. Satu contoh: Anda berkata kepada anak anda begini, “Nak, tolong
kalau habis makan dicuci piringnya.” Di sini, peritahnya adalah mencuci
piring. Jika anak anda mau berpikir, dia
akan menemukan bahwa selama ini setiap selesai makan, ia tak pernah mencuci
piring. Jika si anak setiap makan selalu mencuci piring, masihkan ada peritah
dari anda mencuci piring?
Nah. Bukan berarti perintah megangkat pedang masih berlaku
sampai saat ini bukan? Hemat saya, jika Nabi Muhammad masih sugeng (hidup) pada
saat ini, mungkin perintahnya begini: “ Hai orang-orang yang percaya padaku,
perangilah orang-orang yang mempercayai selain aku dan membuat onar, saling
mengolok, menyebarkan fitnah di media sisial, dan membuat golongan-golongan.
Karena aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq.
Comments
Post a Comment