Ketika Ia Sedang

Ketika Ia Sedang

Ketika itu aku sedang jatuh cinta. Ketika itu dia sedang patah hati. Ketika itu kita tidak ada rasa. Dan semua berlalu, tak ada yang lebih pahit selain kopi tanpa gula malam ini.

“Kapan terahir kau jatuh cinta?”

“Sejak Dia pergi.”

“Kapan?”

Malam ini sunyi sekali. Biarkan pertanyaan Key menggantung di langit-langit, sedang aku kembali mencumbui aroma kegelisahan. Memeluk dinding sunyi hingga pagi. Key, adalah teman sejati. Ia istimewa, meski tak Nampak kasat mata.

Key, atau kopi mungkin saja sama. Kopi itu pahit, Key juga pahit. Atau jangan-jangan aku sudah mati, tak sanggup membedakan mana Key dan kopi.

Ah, biarkan aku mati , yag penting tidak sampai aku bunuh diri.

Sulit sekali meneroka jalan cinta, kadang suka, kadang biasa. Yang paling aku tidak suka adalah, Melati tetap istimewa. Bagaimana dengan Mawar? Ah, biarkan bunga merah yang berbahaya tetap di sana, duri-durinya sungguh sering menyiksa.

Karena Mawar aku terluka. Tergeletak tak berdaya malam ini. Entah lah, ia tahu atau tidak, jika mala mini aku berduka. Atau setidaknya, esok ia kan terluka, melihat orang yang paling mencitainya kini sudah tak bernyawa.




Dirundung duka, Mawar merah dan Kumbang yang jatuh cinta.

Comments

Popular Posts