Kisah sedih Kontemporer -

Butuh waktu yang lama ketika harus memikirkanmu, tentang pasangan dan anakku nanti. Tentang keturunan yang bergizi. Tentang asmara yang sejati.

Kamu mengerti bagaimana perasaan orang yang telah terjerumus dalam lembah  nista? Atau setidaknya, tembok pertahanan mulai condong, sedang inilah kehidupan, akan selalu ada orang beriman diatas perjuangan.

Hai gadis kecil yang malang, mungkin aku bukan pria yang baik, mungkin juga aku lebih hina dari siapapun. Entahlah. Tak pantas rasanya jika memiliki rasa simpati terhadap kisah orang lain, kisah yang memilukan hati; tentang ketidakberdayaan, orang tua yang buruk, atau lebih dari itu, kehidupan serasa tak adil.

Hitam-putih kehidupan, dimana kisah menguras emosi tak lagi terpampang dalam layar televisi, melainkan nyata ada di dunia kita. Di sekitar kita.

Kemarilah. Biar kutuliskan kisah sedih kontemporer tentang hujan.
==================================================
Ia sedang kehujanan. Saat bunga mawar sedang indah-indahnya bermekaran, badai datang mengguncang taman. Hari itu sedang hujan, saat ia masih belum tahu apa itu ketidakberdayaan. Maka badai menggulung mawar melati di sepanjang taman. Menyisakan tangisan.

Memang malang, bunga mawar yang seharusnya disemai ketika merekah indah suatu hari nanti, harus terkubur limbah badai. Kau tahu, aku sangat menyukai bunga itu, meski kecil dan berduri, wanginya yang semerbak lembut selalu meredam emosiku.

Tap biarlah ada seorang pangeran yang sudi memunguti mawar itu dilembah yang hina, memindahkan bunga mawar ke taman kerajaan sebelum suatu saat nanti bunga itu dapat dipetik. Supaya aroma wanginya bisa dinikmati seisi keraton.

Titip bunga mawar itu!

Comments

Popular Posts