Mini Cerpen- Targetku

Hari sudah siang. Matahari menyengat ubun-ubun. Orang-orang mempercepat langkah kaki. Keluar Mall Citi Kediri, berlari menyeberangi trotoar untuk kemudian menuju parkir kendaraan. Kulihati aktifitas itu dari teras McDonal Mall City sambil menikmati se-porsi ayam goreng dan lemon tea. Di seberang sana, di halaman gedung bioskop Golden, nampak seorang wanita berbadan tinggi, berpakaian warna biru, rambutnya tergerai lurus, kaca mata hitam terselip di bagian dada, terlihat sibuk memasukkan barang-barang belanjaan ke garasi mobil. Berjalan melenggok menggunakan high heels, sambil tangannya sibuk memberi komando kepada apara pekerja Mall. Aku masih mengamati dibalik kaca mata hitam.

Setengah jam sudah berlalu. Kini wanita itu sudah berada di dalam mobil. Belanja sendirian. Barang banyak. Semua di bagasi belakang. Pikirku mantap. Maka setelah mobil berjalan merangkak, aku meneguk lemon tea terakhir, menggerus puntung rokok di asbak. Segera menuju mobilku yang terparkir di bahu jalan.

Hari ini, sudah ke tiga kalinya aku membuntuti wanita itu. Setelah sebelumnya aku membuntutinya saat belanja ke surabaya dua kali. Butuh berhati-hati, sebab aku harus paham dengan kegiatanya sehari-hari. Yah, Aku harus selalu mengikutinya, selain aku menyelinap sebagai followernya di instagram, kemanapun dia pergi aku harus mengikuti. Dan memang, tak sulit menemukan perempuan macam dia. Sebab hanya melihat status-statusnya dari instagram, aku sudah tahu kemana dia hendak pergi.

Sudah lama aku menunggunya. Hari ini, kau harus kena.

Mobil Toyota Alphard warna silver terus meluncur. Plat AE, ku ingat empat nomor digitnya. Aku masih sabar membuntutinya  dibelakang. Sendirian, kuputar music rock kencang. Sedang hari masih panas di luar, sepertinya mobil itu tidak curiga aku membuntutinya sejak lama.

Di bundaran sekartaji, antrian panjang, mobil ku melambat. Sebuah mobil pick up bermuatan sayur tiba-tiba menyelip. Mendahului. Aku berteriak kencang. Kupencet tombol klakson kuat-kuat. Suasana hari panas, sahut menyahut klakson yang lain tak terhindarkan. Sial, acara apa ini, mengganggu sekali kenyamanan pengendara. Persetan karnaval sekolah. Aku tidak pernah duduk di bangku sekolah. Ow, tidak. Buruk sekali sistem lalu lintas di Indonesia.

Sepuluh menit berlalu. Setelah merangkak dengan susah payah, mobilku berhasil keluar dari kemacetan. Kini aku mulai lega. Dan bisa fokus pada target semata wayang. Perempuan kaya itu. Namun kesialan sepertinya memang akrab denganku hari ini. Aku lupa, jika sudah sejak tadi aku tak melihat mobil silver itu.

Kuinjak gas kuat-kuat. Aku harus menemukan mobil itu sebelum perempatan depan.

Hilang. Sudah sampai aku di perempatan bundaran Mrican, Tak ku lihat tanda-tanda mobil silver itu masih di sekitar sini. Sedang lampu merah sudah menunjukkan 30 detik berjalan mundur. Aku berfikir keras menentukan kemana arah mobilku berjalan. Maka dalam sekian detik, aku memutar otak. Masihkah wanita itu belanja lagi. Tapi kemana? Ataukah ke arah Nganjuk? Tapi dalam rangka apa? Apa dia langsung pulang? Tapi tak mungkin, wanita seperti itu tidak mungkin pulang ke kota asalnya se-siang ini. Tapi kemana? Apa aku harus cek instagramnya lagi?

Aku mengarahkan mobilku lurus. Memastikan perempuan itu pulang ke kotanya. Madiun.

Bersambung!

Comments

Popular Posts