Orientalis
Agustus ke 19,- Orientalis
Sayap-sayap garuda akan menelungkup saat bertengger di
ranting pepohonan. Tentu langkahnya terhenti sementara. Sedangkan merdekanya
terbang tergantung sang garuda. Apakah mau melanjutkan terbang, atau akan
berhenti di ranting pohon itu saja.
Ku asumsikan, jika ranting pohon itu tak nyaman untuk
dipijaki, maka tak butuh waktu lama garuda berhenti. Sedang jika ranting itu
melenakan, tentu garuda enggan terbang. Sehingga kemerdakaan terbang tak
mungkin dapat tercapai.
Begitu kiranya penggambaran terhadap diriku, malam ini,
kemarin, atau bahkan esok hari. Semua tergantung bagaimana kondisi
menempatkanku pada posisi. Terbang atau diam.
Aku, yang kini kuibaratkan seekor burung gagak. Tugasku di
dunia untuk memerdekaan kehidupanku sendiri. Bagaimana aku bisa terbang bebas,
lepas, tanpa ada intervensi nafsu yang mengekang, bahkan sekedar mengajak ku
santai seadanya.
Aku sadar, apalah arti kehidupan tanpa memiliki sayap. Karena
menurutku, anugerah itu tatkala kemudahan jiwa raga bergerak mengarungi kehidupan
yang sesuai dengan koridor ilahiyah, bersama dengan Sang Empunya kehidupan.
Kecintaan, kebahagiaan, semua terdedikasi kepada-Nya.
Malam ini, kulanjutkan berkontemplasi mengenai hikayat
kehidupan. Mengapa kemalasan masih saja menyerang. Jika bukan saja malas,
apalagi itu namanya?
Kemalasan itu sendiri tentu tidak bermakna sempit yang
mengambil kategori pekerjaan. Kita lupa, susah berkomunikasi dengan lingkungan
adalah efek dari kemalasan.Lambatnya pemahaman juga, kurasa sebab kita enggan
menggali permasalahan yang ada. Maunya kita senang. Yang penting berjalan.
Jalani saja, meski tanpa arah dan tujuan. Lalu hendak disebut apakah pola pikir
yang semacam ini?
Baiknya apa yang harus kita lakukan? Adalah pertanyaan yang
sering terlontar dari pola-pola pikir pengikut. Lalu pengikut yang seperti apa?
Kebanyakan dari kita memang bermental pengikut. Mengikuti
pola yang ada, entah itu benar atau salah. Sekali lagi, hanya mengikuti siklus
kehidupan. Jika pun kita memaksakan berubah lalu disebut inovasi, jarang yang
berani mendisrupsi diri sendiri, sehingga ketercapaian tujuan yang hakiki masih
dalam ketergantungan. Tergantung lingkungan yang kita tempati. Sehingga garuda
akan berpijar pada ranting kenyamanan, enggan untuk mengepakkan sayap, lalu
terbang sajauh mungkin, mengembara di luasnya khidupan sana.
19 Agustus 2017
Ditulis untuk memenuhi program kemandirian menulis "one day one article".
Comments
Post a Comment