Melawan Lupa: Simulasi Musyawarah Bersama Bapak Kiai Tanjung
Agustus ke 15,- Melawan Lupa: Simulasi Musyawarah Bersama Bapak Kiai Tanjung
Judul “Melawan Lupa” merupakan latihan mandiri yang kubuat
agar daya ingatku stabil. Melalui
tulisan ini aku mencoba menguraikan pengalamanku hari ini, bagaimana proses
simulasi musyawarah yang diajarkan Bapak Kiai Tanjung kepada kami, meski dengan
sedikit sekali pemahaman yang kudapati. Maka, di awal alenia ini,
kuperingatkan pembaca yang kurang paham, untuk segera bertanya langsung kepada
beliau. Juga pembaca yang merasa kurang pas, silahkan memperbaikinya melalui
kolom komentar…
Kuawali pagi!....
GEMA lagu Nusantara Bangkit meramaikan suasana pagi di dalam
masjid Billah Pomosda. Angin sepoi mengempaskan kerah baju, menciptakan dingin
menyelimuti hati ini. Aku baru saja duduk di kursi yang telah dipersiapkan
panitia, di dalam masjid. Saat lantunan lagu-lagu nusantara mengiringi kami
menunggu Bapak Kiai Hadir. Satu-dua audien hadir memenuhi kursi yang telah disiapkan.
Senin, 14 Agustus 2017, sekitar pukul 07.30 WIB, acara
dimulai. Aku memasang pendengaranku hikmat saat beliau memberikan materi.
Pagi adalah sesi penjabaran simulasi musyawarah. Dalam
penjabarannya, Bapak Kiai Tanjung memberikan sampling-sampling sederhana,
terkait kebiasaan manusia yang suka meniru kebiasaan orang lain. Atau bisa
dikatakan, kita ini kurang memiliki daya kritis menjalani setiap rutinitas yang
diberikan institusi maupun organisasi yang kita tempati.
Lebih konkrit, beliau menjabarkan bagaimana proses pendidikan
kita saat ini. Yang mana secara fakta, tujuan pengadaan pendidikan kita memang
100% tidak memenuhi target. Ah ya, begini. Lebih rincinya: Tujuan pendidikan
adalah pembentukan adab akhlak. Itu saja. Namun fakta yang terjadi saat ini,
bagaimana menurut anda?
Menurut ku, pendidikan saat ini hanya mencetak generasi siap
bekerja. Maka dengan tujuan yang sudah melenceng, tentu efek kebijakan dan
prosesnya akan mengejar sesuai yang
telah ditetapkan. Aku kira kita semua sepakat, bahwa orang disekolahkan hanya
bertujuan mencari pekerjaan, supaya hidup nyaman. Ini kemudian menjadikan
sekolah di tingkat SMP, SMA, maupun perkuliahan dijadikan batu loncatan mencari
pekerjaan.
Sekali lagi, ini pendapatku. Dan aku kira, kamu pun setuju.
MUSYAWARAH dalam hal ini untuk mencari solusi terkait
permasalahan ini. Contoh kasus dalam dunia pendidikan, mengapa program kegiatan
sekolah yang dibuat tidak berjalan continue? Di sinilah para pelaksana
pendidikan melakukan penyelesaian dengan melakukan musyawarah. Namun musyawarah
yang bagaimana? Inilah satu poin penting yang harusnya kamu ketahui.
Aku sering melihat
pengamat pendidikan (sebagai contoh), memberikan opini kepada public tentang
bagaimana seharusnya masyarakat melakukan. Publik banyak yang mengamininya
menjadi pemikiran yang bernas, kualitas, dan tuntas. Tunggu dulu! Mari kita
teliti.
Contoh : Pak menteri
membuat program one day school akhir-akhir ini. Publik tahu gambaran umumnya.
Ah, setelah itu banyak sekali pengamat yang mengkaji kebijakan ini, pro dan
kontra. Siapa yang merinci sampai ke hal teknis? Bagaimana menjalankannya, siapa
yang melaksanakan, apa tujuan yang dicapai, bagaimana pengelolaaan tenaga
kerjanya, dan sebagainya, yang menyangkut hal-hal teknis.
Aku lihat hal-hal
teknis semacam ini malah abai dari pengamat maupun pembuat kebijakan. Dan
setujukah kamu jika aku mengatakan ini yang menjadikan program-program hanya
berjalan diawal saja? Kebanyakan perancang gagasan tak mampu membahas sampai ke
teknis!
Aku melihat metode Bapak Kiai Tanjung, dalam bermusyawarah
sebagai solusi. Tidak hanya di dunia pendidikan, menyeluruh dalam ranah apapun,
karena ini mengenai penyelesaian masalah. Dan oleh sebab itu, aku meloncati
tulisanku pada kegiatan di siang hari, simulasi musyawarah menyelesaikan
masalah dengan metode urut kacang.
Metode urut kacang ialah, rapat diawali dengan memunculkan
masalah oleh salah satu peserta, lalu yang lain menanggapi dengan memberikan
usulan satu per satu. Ditahap kedua, menggabungkan dan mengembangkan usulan.
Tahap ketiga, voting. Mana yang dirasa menyelesaikan masalah. Tahap ke empat
perumusan menjadi teknis. Begitu seterusnya.
CATATAN: “Musyawarah merupakan alat yang sangat strategis
membunuh Ego. Karena dalam rapat kita belajar menerima masukan, menghargai
pendapat, dan menjalankan pendapat orang lain.” Bapak Kiai Tanjung.
Contoh simulasi:
Aku punya masalah di devisiku, jurnalistik. Aku kesulitan menyebarkan
opini keberadaan Guruku, bapak Kiai Tanjung sebagai sosok yang mampu memecahkan
permaslahan bangsa.
Tahap I. Usulan solusi:
- · Membuat film pendek tentang kegiatan positif Beliau
- · Ikut baksos, yasinan, tahlil
- · Mendekati tokoh agama
- · Menjaga keteladanan
- · Melibatkan alumni-alumni untuk ikut berpartisipasi menyebarkan berita keberadaan Bapak Kiai
- · Membuat testimony, kesaksian.
- · Dan lain-lain yang masih banyak belum aku tulis.
Tahap II. Penggabungan
& Pengembangan
Kemudian peserta diberi waktu 5 menit untuk menggabungkan
usulan-usulan tadi. Contohnya menghasilkan seperti ini: “Mind map. Men-viralkan
opini yang ada. Membangun uswah dengan
mendekati tokoh agama.”
Satu. Dua. Dan sampai tidak ada lagi peserta yang mengajukan usulan penggabungan.
Tahap III. Vooting
Usulan penggabungan yang ada, di seleksi dengan melakukan voting.
Dengan kesepakatan,usulan diterima jika melebihi 50% suara peserta. Setelah
terbentuk, bisa dilakukan voting lagi, apakah semua usulan digunakan atau
tidak.
CATATAN: Musyawarah harus ada nilai Rasional, masuk akal,
berhubungan.
Tahap IV. Teknis
Ini tahap yang terakhir. Setelah Aku (yang punya masalah), merasa, apakah usulan peserta sudah ku anggap menyelesaikan masalah di
divisiku. Maka, hal-hal teknis pun dilanjutkan dengan menyusun hal-hal di bawah
ini.
- · Kapan dilakukan?
- · Siapa yang melakukan?
- · Metodenya seperti apa? Dll.
CATATAN:
Hasil musyawarah harus jelas dan mengandung unsur kapan,
siapa, metode.
(***)
Inilah simulasi rapat. Penekanan terakhir bagi pembaca: Ini
sungguh pemahamanku sebagai pemula, yang tentu jauh dari kata pemahaman sempurna.
Sedangkan penekanan dri Guru kami, bapak Kiai Tanjung, metode musyawarah
seperti ini masih ada kelanjutanya. Jadi masih buanyak lagi yang belum diberikan kepada kami. Wau. Benar-benar
merasa, aku harus menyelam kedalam samudra, agar aku dapat menjejaki lautan
ilmu Bapak Kiai Tanjung.
Sudah sekian saja. Ini sudah larut, setelah malam ini kami
melakukan simulasi musyawarah per divisi masing-masing. Oh,ya. Kebetulan tim
kami selesai paling awal, pukul 21.30 WIB. Rapat simulasi dipimpin oleh Bapak Irawan Arifianto W, sebagai koordinator marketing. Sedangkan yang lain selesai sekitar
pukul 23.00 WIB dilanjut penajaman dari Bapak Kiai Tanjung.
Anda juga bisa mengunjungi youtube chanel-nya Bapak Kiai
Tanjung dengan kata kunci “Kiai Tanjung” untuk mengetahui ajaran-ajaran
AN-Nubuwah.
15 Agustus 2015.
Tulisan ini juga ditulis untuk memenuhi program kemandirian
menulis “one day one article”.
Comments
Post a Comment