Mei, Kita Bagian dari Nusantara
“Dunia saat ini lebih
memerlukan kehadiran seorang manusia suci dari pada seribu manusia nalar”.Bapak Kyai Tanjung (SHAUM:
MADRASAH RUHANIYAH).
Bagaimana aku merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Karena ternyata, kecerdasan saja tidak cukup membuatku menjadi seseorang yang
di sebut madani, ada istilah religious
yang perlu di amalkan bagi setiap warga Negara.
Dewasa ini juga, istilah chaos dijadikan banyak
perbincangan, judul tulisan, dan bahkan judul buku. Banyak dari kita yang
khawatir dengan keadaan yang diberi tanda kutib chaos tersebut. Ada yang khawatir berlebihan, mengingat bulan Mei
ini, banyak memori manusia mengajaknya membuka lembaran kisah Mei 98. Ada
kemiripan bulan dan tensi.Memori yang mengingatkan mereka kembali pada istilah
pelarian, mengamankan diri, jauh, jauh di negeri seberang.
Tentang penjarahan, pembunuhan, diskriminasi, perang
elit, sampai penolakan minoritas. Akankah benar-benar terulang kembali? Suara
di tengah-tengah kegaduhan kalangan menyoroti, bertanya.
Mereka semua menyeranng tanya, benarkah terjadi? Ada yang
bertanya “kapan?” Aku cukup menggeleng,tidak tahu.
Kalangan itu semakin gaduh, berteriak “Kami bagian dari
Nusantara”.
Aku terdiam, yang ku tahu, kekhawatiran kalangan itu
benar adanya. Ada sebuah gerakan besar, seperti ombak laut yang sangat besar, yang
mampu menenggelamkan kapal, aku menggambarkan.
Gerakan seperti apa?
Yang jelas bukan gerakan yang patut di sepelekan, gerakan
itu berpeluang besar membuat kita saling megalirkan darah sesama saudara,
merasuk melalui otak kiri, menjadi energy yang menggerakkan kita berbuat sadis.
gerakan massal, yang sebenarnya menurutku, diremot oleh tangan-tangan
segelintir orang yang berada nun jauh di ujung cakrawala . Puluhan tahun mereka
memasang tangan-tangan mereka di seluruh pelosok negeri, berusaha mencengkeram
erat-erat, hingga pada waktunya nanti. “Apa”? Aku tak sanggup menggambarkannya
lebih rinci.
Lalu, haruskah hanya menunggu itu terjadi? Tidak, aku
menjawab mantab.
Begini, masih ada orang suci di bumi ini, kamu harus
tahu. Sabda-nya di kabulkan Tuhan, doanya di ijabahi, tuturnya menyejukkan, sangat
demokratis, mampu membebaskan rakyat dari belenggu kemerdekaan semu, dan
seruannya selalu mengajak pada pemakmuran alam semesta, termasuk bumi Nusantara
yang kita singgahi ini.
Kamu benar, kita bagian dari Nusantara. Oh, ya. Ternyata
aku sudah mengutip tuturnya di awal kita bersua, judulnya “Shaum : Madrasah
Ruhaniyah”.
Itu sajakah jawaban dan solusimu kepada kami? “Iya”.
Jawabku mantap.
Hanya sesederhana itukah? Kau yakin?
Sebenarnya, tidak sesederhana itu juga, aku hanya ingin
merujuknya pada orang-orang suci. Sedang yang ku kenali tentang orang-orang
suci tersebut, adalah beliau yang setiap malamnya menangisi kita, mengasihani kita,
memohon kepada Tuhan, mengajak mengenal Tuhan, mengajak kita untuk keluar dari
wabah pagebluk ini. Sekali lagi, sudah ku kenali.
Lekaslah, sebelum semuanya terlambat.
Pondok sufi 12 AL-QOYYIM 04 MHD.
Dan bertanya kepada Bapak Kiai Tanjung
ReplyDelete